Timika-JP
Dalam rangka memperingati HUT ke-78, TNI menggelar pagelaran wayang kulit secara serentak di 4 negara dan 78 lokasi berbeda, Jumat (6/10/2023).
Empat negara tersebut meliputi Indonesia, Washington Amerika Serikat, Malaysia dan Suriname. Pagelaran wayang kulit ini digelar secara serentak di seluruh wilayah kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pagelaran wayang kulit ini menargetkan rekor MURI. Masing-masing komandan satuan TNI/Polri mengenakan pakaian adat Jawa, sementara seluruh prajurit TNI menggunakan kemeja batik.
Sebelum acara dimulai, dilakukan penyerahan 4 wayang kesatria kepada Komandan Lanud Yohanis Kapiyau Timika Letkol Pnb Slamet Suhartono, S.T, Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra, Komandan Detasemen Kavaleri 3 Serigala Ceta Kapten Kav Dedy Soeharto David, Komandan Satrad 243 Timika Letkol Lek Hadi Palondongan oleh dalang wayang. Turut hadir Kaskogabwilhan III Marsda TNI Dr. Budhi Achmadi, Asops Kaskogabwilhan III Brigjen Ari Yulianto, Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra, Komandan Detasemen Kavaleri 3 Serigala Ceta Kapten Kav Dedy Soeharto David, Komandan Satrad 243 Timika Letkol Lek Hadi Palondongan, Komandan Yonif Raider 754/ENK Kostrad Mayor Inf Cecep Cahyadi.
Acara dimulai dengan penyerahan wayang oleh Komandan Lanud Yohanis Kapiyau Timika Letkol Pnb Slamet Suhartono, S.T kepada dalang wayang. Pagelaran Wayang Kulit ini menghadirkan satu dalang profesional yakni Ki Adi Sumarsono alias Adi Pamungkas yang membawakan lakon Bimo Krido.
Komandan Lanud Yohanis Kapiyau Timika Letkol Pnb Slamet Suhartono, S.T. dalam sambutannya menyampaikan sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia, Kesenian Wayang Kulit tentunya harus dijaga dan dilestarikan oleh para generasi penerus bangsa. Di dalamnya terkandung unsur nilai falsafah kehidupan yang dapat dijadikan sebagai suri teladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kesenian Wayang Kulit mengandung pengajaran, filosofi dan tuntunan luhur yang dikemas dalam cerita serta tokoh-tokoh di dalamnya.Cerita yang diangkat dalam suatu pagelaran Wayang Kulit sarat dengan ajaran-ajaran kehidupan, sedangkan tokoh-tokoh dalam pewayangan menjadi penggambaran berbagai sifat manusia.Keduanya diramu dalam sebuah lakon dan menjadi karya budaya yang sangat luhur. Dalam Lakon “Bimo Kridho”dikisahkan bahwa kata ”Kridho” mengandung makna berbuat atau bertindak kebaikan yang bermanfaat untuk nusa dan bangsa.
Kisah ini berawal dari lahiranya Bimo yang masih berwujud bungkus (ari – ari) , bahkan dalam wujud tersebut ia bisa mengalahkan Gajah Seno, sehingga diberi nama Brotoseno.
Saat di usia sangat muda, Bimo mampu mengalahkan dan membunuh raja Ekacakra yaitu prabu Boko, sehinggarakyat Ekacakra pun gembira karena raja yang lalim tersebut berhasil disingkirkan.
Di usia remaja, Bimo dapat mengayomi saudara–saudaranya, dan memimpin dalam Babat alas mertani, sehingga bisa membangun negara baru yakni Ngendra Prastha.
Dalam prosesnya, Bimo tidak hanya membangun fisik, raga atau jasmani namun juga rohani, sehingga Bimo menjelma menjadi brahmana di pertapaan argakelasa, dengan nama begawan Bimo suci.Bimo menyebarkan ilmu Sangkan Paraning Dumadi atau ilmu kasampurnan untuk kebutuhan rohani dan batniah.
Diakhir cerita, dalam kisah perang Bharatayuda, Bimo berhasil mengalahkan Duryudana, dimana di sinilah titik puncak “Bimo Kridho” dalam memberantas kebatilan dan keangkara murkaan.
Setelah berhasil sebagai Senopati, Bimo bersama Pandhawa boyong ke Astinapura dan kelak Bimo akan menjadi penasehat bagi cucunya yaitu Prabu Pari Kesit.
“Saya berharap, semoga pagelaran wayang kulit ini disamping sebagai ungkapan rasa syukur atas segala bimbingan, petunjuk dan perlindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa dalam peringatan ke 78 tahun pengabdian TNI, kita juga dapat memetik nilai-nilai yang terkandung dalam lakon yang dipentaskan,” tuturnya.
Selain menampilkan pagelaran wayang kulit, turut dihadirkan biduan dangdut yang tampil menghibur prajurit, penonton serta tamu undangan. (**)