TIMIKA – jurnalpapua.id
Pemerintah Provinsi Papua Tengah meminta PT. Freeport Indonesia untuk mengakomodir tenaga kerja asal Papua, khususnya Timika untuk diterima sebagai karyawan di pabrik smelter Gresik apabila sudah dioperasikan. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Energi Sumber Daya Mineral dan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi Provinsi Papua Tengah, Gunawan Iskandar saat ditemui di sela-sela penutupan kegiatan Exhibition and Job Fair 2023 yang digelar di halaman Hotel Horison, Kamis (9/11/2023).
Dijelaskan, memasuki bulan November 2023 ini, proses pengerjaan pabrik smelter Gresik sudah mencapai 75 persen.
“Kami meminta agar ketika pabrik ini sudah berfungsi, ada karyawan dari anak asli Papua atau Timika yang bekerja disana, karena sumber daya berasal dari Timika,” paparnya.
Untuk itu, pihaknya akan menyurati pihak kementrian untuk bisa mengakomodir hal ini, sehingga tidak ada anggapan miring kepada pihak perusahaan tambang raksasa PT. Freeport Indonesia yang beroperasi di Kabupaten Mimika.
“Kalau ada desakan dari kabupaten ke provinsi, nanti kita akan menyurati ke Provinsi Jawa Timur atau kementrian untuk bisa mengakomodir hal ini,” ungkapnya.
Lanjut dikatakan, bahwa pabrik smelter harusnya dibangun di lokasi mulut tambang, hanya saja di Timika hal ini tidak terjadi karena kondisi politik yang cukup memanas kala itu, dan juga terjadi penolakan, maka pembangunan pabrik itu dipindahkan ke Gresik.
Sebelumnya, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengatakan bahwa sampai dengan saat ini pembangunan smelter di Gresik sudah mencapai 76 persen.
Diketahui, Smelter milik Freeport ini memakan biaya mencapai US$2,2 miliar atau sekitar Rp. 33 Triliun untuk pembangunannya, di mana total biaya smelter baru dan ekspansi smelter diprediksi akan menghabiskan biaya hingga US$3 miliar atau kurang lebih Rp. 45 Triliun.
Secara rinci, dari total biaya tersebut digunakan untuk pemadatan tanah hingga pemasangan tiang pancang, di mana dari perkembangannya untuk pembangunan tiang pancang telah selesai hingga 100 persen, pekerjaan beton di 67 persen, instalasi baja 36 persen, instalasi baja di area tangki 32 persen, dan pembangunan pelabuhan sudah 98,6 persen.
Lebih lanjut, untuk progres rampungnya smelter ini, Tony mengatakan bahwa pihaknya menargetkan akhir tahun ini pembangunan bisa rampung, dan Bulan Mei 2024 sudah bisa beroperasi. (**)