TIMIKA – jurnalpapua.id
Kerja keras 29 pemain andalan Waanal Brothers FC (WBFC) Mimika sukses memboyong juara 1 pada Liga 3 Zona Papua yang berlangsung di stadion Barnabas Youwe dan stadion Mandala 16 November-17 Desember 2023.
Di antara 29 pemain andalan WBFC, salah satu pemain yang memperkuat posisi center bek ialah Elia Cartensino Mambesaki Sabarofek.
Elia merupakan anak dari pasangan Bapak Gotlib Sabarofek dan Ibu Ovi Oyaitouw yang lahir di Biak, 2 Maret 2004. Bergabung di tim sepakbola WBFC yang didirikan Four Brothers (Ray, Joe, Jason, Randy Manurung) ini sejak 2019 hingga sekarang.
Sebelum lolos seleksi dan bergabung bersama tim WBFC Mimika, Elia telah ditempa di Sekolah Sepak Bola (SSB) Timika Putra 2017-2019. Saat di SSB Timika Putra, lulusan SD Smirna Timika ini sering mengikuti kompetisi seperti Bupati Cup U-14 (juara 3), turnamen Kemenpora U-15 seri Kabupaten Mimika tahun 2019 (juara 2), Kemenpora U-15 Seri Provinsi di Jayapura tahun 2019 (Juara 3), Timnas Pelajar Kemenpora U-15 2019, serta K-IFC Badung Bali Desember 2019 (Juara 1). Selanjutnya, Elia bermain (dipinjamkan) untuk memperkuat tim Bone FC merebut piala Soeratin U-15 di Jawa Barat tahun 2020.
Saat telah bergabung ke WBFC, dirinya ikut main pada Liga 3 Zona Papua 2022 dan meraih juara 3.
Selama bergabung bersama WBFC, pemain dengan nomor punggung 3 ini merasa dididik oleh Manajer dan coach yang perangainya seperti orang tua kandung. Manajer WBFC, Ray Manurung selalu terapkan pembinaan secara kekeluargaan (Seperti anak dan Bapak). Selain dibina bermain sepakbola, juga diajarkan bagaimana bisa membangun hubungan baik dengan banyak orang.
“Saya sempat kelas 1 di STM Kuala Kencana, tapi mengingat WBFC membuka latihan jangka panjang di Bandung, makanya saya putuskan pindah sekolah ke SMA Negeri 4 Bandung. Kalaupun saya berpisah dengan orang tua, tapi manajer WBFC sangat merangkul kami. Bukan saja soal sepakbola, tapi bagaimana kami diperlakukan seperti anak kandungnya. Makanya semua pemain rasakan seperti hidup dengan orang tua sendiri,” ujarnya.
Ia juga sangat bangga dan bersyukur dibimbing oleh coach Rochy Putiray dan coach Aples Tecuari yang sama-sama merupakan legendaris sepakbola Indonesia. Selain dua coach legend tersebut, saat ini juga ia dan teman-temannya dibina coach Sahala Saragih, yang selalu menegaskan untuk tetap fokus dan profesional saat menghadapi tim lawan di lapangan.
“Saya sangat bangga jadi anak asuh dua coach legendaris sepakbola Indonesia. Coach Rochy dan coach Aples selalu terapkan kedisiplinan kepada kami semua. Sekarang ada juga coach Sahala yang juga luar biasa membina kami. Coach Sahala selalu tekankan supaya kami disiplin dan fokus,” katanya via telepon, Rabu (27/12/2023).
Elia berpesan kepada seluruh anak muda di Papua, khususnya di Timika agar terus mengasah kemampuan dan konsisten dengan bakat masing-masing, baik di bidang olahraga ataupun bidang lainnya.
“Semua proses pasti tidak akan mengkhianati hasil. Lebih baik kita tinggalkan hal-hal yang tidak baik dan fokus mengejar cita-cita,” ujarnya.
Demikian juga kepada Pemkab Mimika, ia berharap agar harus bisa mendukung WBFC dengan cara rutin menggelar turnamen sehingga bisa menjaring anak-anak Papua yang bertalenta. WBFC merupakan salah satu tim sepakbola yang sangat luar biasa, karena punya komitmen membina anak asli dalam mengangkat nama baik Mimika.
“WBFC ini tim yang sangat hebat mengembangkan sepakbola di Papua. Begitu juga dengan tim-tim lainnya. Jadi diharapkan harus ada dukungan dari pemerintah,” harapnya.
Pelatih Kepala tim WBFC Mimika, Sahala Saragih menuturkan bahwa secara umum anak-anak asli Papua termasuk Elia memiliki bakat dan kemampuan tersendiri. Ketika menjadi coach pemain WBFC, dirinya mengajarkan bahwa bermain bola bukan saja tentang kemampuan individu, tetapi bagaimana cara memerankan sistem dalam tim. Dalam artian, antar satu pemain dan pemain lainnya yang ada dalam WBFC harus bisa bekerja sama. Menurut dia, menjadi pemain sepakbola moderen bukan bermain secara individu dan mengandalkan otot, akan tetapi harus konsisten dan fokus kepada sistem.
“Elia dan pemain-pemain WBFC lainnya sangat bagus. Namun, perlu tetap belajar dan berlatih. Elia juga salah satu pemain yang masih butuh jam terbang untuk memainkan sistem. Secara skill semua pemain WBFC sudah sangat baik, tapi yang perlu ditingkatkan lagi ialah bagaimana caranya agar mereka tetap konsisten bermain dengan sistem yang selalu saya ajarkan,” katanya.
Sedangkan Manajer SSB Timika Putra, Gerits Rumaropen sampaikan, Elia merupakan sosok pemain yang tenang dengan postur tubuh yang bagus dan sangat cocok bermain pada posisi center bek. Sebab, menjadi pemain pada posisi center bek harus orang yang tenang dengan daya pertahanan yang kokoh. Saat mulai latihan di SBB Timika Putra, Elia tidak langsung ditempatkan pada posisi center bek, tetapi melalui penilaian selama latihan dan event-event yang diikuti.
“Saya melihat sangat jarang pesepak bola asli Papua yang posisi center bek. Pemain Papua yang sudah mempunyai nama besar dan bermain di posisi ini salah satunya adalah Aples Tecuari. Jadi Elia harus tetap konsisten dan lebih ulet di posisi itu,” katanya.
Gerits sampaikan rasa syukur saat ini Elia bisa bermain di tim WBFC. Karena itu, diharapkan Elia harus tetap fokus pada posisinya sebagai center bek.
“Kalau Elia mau menjadi pemain besar, maka harus disiplin. Disiplin bukan persoalan rajin ikuti latihan, tapi juga diterapkan saat bermain. Disiplin itu jadi modal bagi seorang pemain.
“Latihan kita di SSB Timika Putra berawal dari lapangan pasir Timika Indah, dilanjutkan ke lapangan Wania. Selama latihan, saya melihat Elia sangat cocok di posisi center bek. Makanya saya arahkan para coach supaya fokus ajarkan Elia pada posisi itu,” imbuhnya (**)