TIMIKA – jurnalpapua.id
Penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Provinsi se-Tanah Papua yang diselenggarakan di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, 20-30 Juni 2024 mendapat apresiasi yang sangat baik dari banyak pihak. Salah satunya penilaian positif Ahmad Husni Ismail, Analis Ahli Muda pada Seksi Bina Qori dan Hafidz al-Qur’an, Sub Direktorat Lembaga Tilawah dan Musabaqah al-Qur’an dan al-Hadist, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, Kamis (06/2024) di Timika. Ia juga dikenal luas sebagai salah satu imam Masjid Istiqlal, Jakarta.
“Menurut saya, venue sudah di atas standar provinsi. Area fahmil sangat memadai, dengan area yang luas. Penonton, dewan juri, dan peserta berada di daerah yang terpisah sehingga tidak saling mengganggu. Penonton sangat menikmati bagaimana peserta mengikuti lomba, dan ini direspon dengan baik serta membuat antusiasme yang luar biasa.
Desain arena utama juga mendapatkan pujian.
“Betul juga jika dikatakan MTQ provinsi ini terasa seperti MTQ nasional. Kadang memang banyak provinsi mampu mengalahkan venue yang ada di nasional, apalagi jika daerah memiliki kemampuan perekonomian, tenaga handal, SDM yang sangat baik, dan dukungan pemerintah daerah,” jelasnya.
MTQ ini juga disebutnya keren dan heboh, karena dihadiri oleh para penjabat gubernur se-Tanah Papua, dua diwakili, menunjukkan bahwa acara ini memperkuat persatuan antar elemen di Papua.
“MTQ terkeren dan terheboh karena acara pembukaannya saja dihadiri oleh penjabat gubernur (se-Tanah Papua). Luar biasa, kan? Menurut saya, hikmah MTQ ini adalah membawa nikmat dan menyuburkan persatuan di antara kita,” demikian kesan Husni.
Dengan demikian, lanjutnya, tidak lagi sekat-sekat, tetap dapat menyatu dalam persaudaraan, kesetiakawanan, dan suasana interaksi sesama.
“Memang kita bersaudara, satu rumpun, satu keturunan Adam. Tidak ada yang kita perselisihkan, dan tidak ada yang lebih mulia di antara kita kecuali yang paling baik berinteraksi dengan sesama,” demikian ia mengingatkan.
Terkait penerapan teknologi informasi (TI, lebih populer disebut IT) dalam MTQ, Ahmad Husni Ismail menjelaskan bahwa penerapan IT telah dilakukan mulai dari pendaftaran hingga penilaian.
“Kami berharap daerah-daerah bisa sejalan dengan apa yang dilakukan di nasional, sehingga peserta tidak kaget saat mengikuti kegiatan nasional karena di daerah mereka sudah diperlihatkan penggunaan IT dalam proses penyelenggaraan MTQ dari awal hingga akhir,” harap Husni.
Meskipun tidak ada keharusan menggunakan aplikasi MTQ dari pusat, penggunaan IT dianggap penting.
“IT bukanlah suatu keharusan, tetapi ini adalah sesuatu yang sudah tidak bisa dihindari oleh siapa pun yang hidup di era sekarang. IT digunakan untuk memudahkan berbagai hal dan menunjukkan bahwa MTQ kita sangat kredibel dan terbuka, dengan menjunjung tinggi integritas. Dengan IT, kita dapat memperlihatkan cara kerja dewan hakim, panitia, dan lain sebagainya, sehingga masyarakat dapat melihat dengan jelas bahwa penyelenggaraan MTQ benar-benar dijunjung tinggi,” terang pria asal Nusa Tenggara Barat ini.
Tidak ada yang ditutupi atau direkayasa, sambungnya, melainkan murni berdasarkan kualitas-kualitas yang ditampilkan oleh para peserta, dengan landasan persaudaraan dan kualitas. Ini diyakini Husni akan memberikan kepuasan kepada masyarakat jika semua diperlihatkan dengan sebaik-baiknya.
Ahmad Husni Ismail juga mengungkapkan kegembiraannya atas terselenggaranya MTQ ini.
“Ini luar biasa, didukung oleh masyarakat dan memperkuat syiar serta persaudaraan. Sangat penting bagi masyarakat, tokoh pemerintah, dan semua pihak untuk bahu membahu mendukung terselenggaranya acara ini, serta membangun suasana persaudaraan yang luar biasa. Itulah yang kita harapkan untuk masa mendatang. Diharapkan MTQ memberi andil dalam membangun semua itu dan mengurangi konflik antar kelompok di masa depan, karena kita satu Indonesia,” ungkapnya.
Harapan lainnya, imbuh Husni, Papua akan menghasilkan peserta-peserta berkualitas yang bisa bersanding dan berkompetisi di arena nasional, serta bisa diandalkan dan unggul.
Ditanya mengenai kesiapan MTQ Nasional di Ibu Kota Negara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur menurut Husni, menunjukkan kesiapan yang baik.
“Beberapa kali pertemuan dan rapat dengan mereka menunjukkan kesiapan mereka,” jelasnya.
Namun, rencana pembukaan di IKN belum bisa dilaksanakan karena belum didukung oleh sarana prasarana, jadi kegiatan akan dilaksanakan di Samarinda.
“IKN hanya akan menjadi tempat rihlah atau jalan-jalan peserta dan panitia”, jelasnya.
Sebagai informasi kegiatan kunjungan ke destinasi wisata, termasuk wisata religi dan destinasi penting lainnya, biasa diselenggarakan agar peserta dari seluruh tanah air dapat lebih mengenal daerah tuan rumah, serta memperluas khazanah sosial, budaya dan agama, atau sekedar rekreasi. Acara tersebut biasanya diselenggarakan usai pertandingan final, menjelang penutupan acara.
Tentang usulan dan harapan MTQ Nasional di Papua, salah satunya disampaikan Bupati Mimika Johannes Rettob pada pembukaan MTQ tingkat Provinsi se-Tanah Papua ini, Husni mengatakan bahwa jika Papua siap, hal itu akan menjadi pertimbangan pusat.
“Kalau Papua siap, kenapa tidak? Kesiapan itu akan menjadi pertimbangan kami di pusat. Jadi, siapa yang siap akan dipertimbangkan. Kunjungan kami ini juga menjadi bagian dari laporan, dan mudah-mudahan menjadi salah satu dukungan bahwa Papua serius untuk menjadi tuan rumah pada arena MTQ ke depannya, yaitu dua tahun mendatang,” pungkasnya.
Dinamika Teknologi Informasi pada Penyelenggaraan MTQ, MUNASID dan E-MTQ
Di tempat terpisah, Operator IT Digital Musabaqah dari unsur Tim Pendamping, Nugroho, menjelaskan bahwa aplikasi E-MTQ (https://e-mtq.com/) milik Kementerian Agama merupakan suatu aplikasi musabaqah yang meliputi pendaftaran, maqra soal dan e-scoring.
“Sebagai bentuk apresiasi pada LPTQ Mimika yang sudah membangun sebuah aplikasi musabaqah bernama MUNASID (https://munas.id/), maka pada pelaksanaan MTQ ini mengkolaborasikan 2 aplikasi yaitu MUNASID dan E-MTQ.”
Dua aplikasi ini menurutnya terbukti mempermudah kinerja semua unsur pelaksanaan MTQ tingkat Provinsi se-Tanah Papua meliputi peserta, official dan juga Dewan Hakim.
“Karena dengan 2 aplikasi ini pelan-pelan kami mulai beranjak ke digitalisasi yang meliputi pendaftaran, pencabutan maqra dan juga penilaian,” jelas anggota Bidang Publikasi, Dokumentasi dan Informatika LPTQ Provinsi Papua ini.
Dinamika pemanfaatan IT ini jelas Nugroho, mencakup, antara lain; pertama, pendaftaran yang dulunya manual saat ini dengan sistem, sehingga mudah untuk mengontrol peserta; kedua, maqra soal yang dulunya para official akan menuju ke sekretariat panitia untuk mencabut maqra, saat ini bisa mencabut maqra soal dari mana saja secara online, ketiga, kemudahan bagi dewan hakim.
“Bagi dewan hakim, yang dulunya untuk melakukan penilaian masih mencari ayat dalam al-Qur’an saat ini dengan pengembangan aplikasi e-MTQ, para dewan hakim cukup melihat Al-Qur’an digital yang diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ)”, imbuh Nugroho.
LPMQ merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Kementerian Agama yang memiliki tugas dan fungsi melakukan pentashihan Mushaf Al-Qur’an, pengawasan penerbitan, percetakan, dan peredaran Mushaf Al-Qur’an. (Publikasi Dokumentasi Tim Pendamping, LPTQ Provinsi Papua)