TIMIKA – jurnalpapua.id
Menyikapi beberapa pemberitaan media online yang bersifat tendensius dan propokatif belakangan ini, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Kabupaten Mimika, Muhammad Amin meminta agar media bisa menyajikan berita yang tidak mengandung kalimat provokatif dan menyudutkan salah satu calon kandidat yang akan maju dalam kontestasi Pilkada Mimika Tahun 2024.
Hal ini disampaikan melalui rilis yang dikirim ke redaksi Jurnal Papua, Rabu (11/9/2024). Dalam keterangannya, Amin meminta agar dalam kontestasi Pilkada Mimika, Media sebaiknya menjadi penyejuk dan menghindari provokatif dan Slsensasionalisme.
Dalam konteks Pilkada Mimika, peran media sangat penting untuk menjaga ketertiban dan kedamaian selama proses pemilihan. Media harus bertindak sebagai penyejuk dengan memberikan informasi yang akurat, objektif, dan tidak memprovokasi. Ini membantu mencegah penyebaran berita yang bisa memperkeruh suasana dan mendukung terciptanya suasana yang kondusif bagi semua pihak yang terlibat. Media juga bisa berperan dalam mendidik masyarakat mengenai proses pemilihan dan pentingnya memilih secara bijak.
Lanjut dijelaskan, bahwa ditengah intensitas persaingan politik, media harus mampu menjadi penyejuk dan bukan sebaliknya. Media yang bijak dan profesional dapat membantu mengurangi ketegangan dan mencegah konflik yang mungkin timbul selama masa kampanye. Ada beberapa langkah yang dapat diambil media untuk memastikan mereka berfungsi sebagai penyejuk :
- Menghindari Provokasi dan Sensasionalisme.
Berita yang provokatif atau sensational dapat memicu ketegangan dan konflik. Media harus berhati-hati dalam memilih kata-kata dan gambar yang digunakan dalam pemberitaan untuk menghindari meningkatkan ketegangan di masyarakat. Penting bagi media untuk menghindari sensasionalisme yang dapat memperburuk situasi. Berita yang berlebihan atau memanipulasi emosi pembaca dapat memperburuk ketegangan politik. Sebaliknya, media harus berupaya menjaga keseimbangan dalam pelaporan dan tidak terjebak dalam permainan sensasi. - Mengedepankan Etika Jurnalistik.
Media memiliki tanggung jawab untuk menjaga etika jurnalistik. Dalam konteks Pilkada, ini berarti menghindari penyebaran berita hoaks dan provokatif yang dapat memperburuk ketegangan. Media perlu memastikan bahwa informasi yang disajikan adalah akurat, berimbang, dan tidak berpihak pada salah satu calon atau pihak tertentu. Dengan menjaga integritas informasi, media membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih terinformasi dan adil. - Penyampaian Berita yang Berimbang.
Media harus menyajikan berita yang adil dan tidak memihak, memberikan ruang yang sama untuk semua kandidat. Penyampaian informasi yang berimbang membantu pemilih membuat keputusan berdasarkan fakta, bukan berdasarkan bias atau informasi yang menyesatkan. - Mengedukasi Publik tentang Proses Pilkada.
Media juga berperan penting dalam mengedukasi publik mengenai proses Pilkada. Ini mencakup informasi tentang tata cara pemilihan, hak dan kewajiban pemilih, serta penjelasan mengenai mekanisme pemilihan. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat akan lebih siap untuk berpartisipasi secara aktif dan positif dalam Pilkada.
Dalam konteks Pilkada, media memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga sebagai penyejuk yang dapat menciptakan suasana politik yang lebih damai dan produktif. Dengan berkomitmen pada etika jurnalistik, objektivitas, edukasi publik, dan menghindari sensasionalisme, media dapat berkontribusi secara signifikan terhadap proses demokrasi yang lebih sehat dan berkeadilan(**)